Apa itu Penyakit Antraknosa ?
Penyakit ANTRAKNOSA/ PATEK/ BUSUK KERING/ CACAR BUAH CABAI/ API-API/ KRAPAK merupakan jenis penyakit tanaman cabe yang cukup berbahaya, disebabkan oleh jamur yang menyerang batang, ranting, daun dan buah cabai, yang paling banyak menyerang pada buah cabai dengan kerugian bisa mencapai 100% yang sulit diobati tapi bisa dicegah. Infeksi jamur antraknosa paling banyak terjadi pada musim hujan pada lahan yang berdrainase kurang baik. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai dikenal juga dengan penyakit busuk kering, cacar buah cabai, api-api, patek, krapak.
Penyebab ANTRAKNOSA pada cabai oleh dua jamur patogen yaitu Colletotrichum capsici dan Gleosporium sp., yang dapat menginfeksi benih (biji), bibit, buah cabai muda sampai hampir matang, serta pada pasca panen. Kedua jamur menyebabkan buah cabai busuk dan gugur (rontok) dengan gejala yang tidak jauh berbeda. Ada empat jenis jamur Colletotricum yang berasosiasi pada cabai, yaitu C. acutatum, C. gloeosporioides, C. Capsici, dan C. boninese.
Faktor penyebab perkembangan antraknosa pada buah cabai :
- 1. Benih tidak sehat/terinfeksi
- 2. Lingkungan terlalu lembab, karena jarak tanam rapat atau hujan terus menerus,
- 3. Jamur berkembang baik pada kondisi kelembaban relatif tinggi (>95%) dan suhu sekitar 32oC dan lingkungan pertanaman kurang bersih dan banyak genangan air,
- 4. Pupuk nitrogen terlalu tinggi/pemupukan tidak berimbang,
- 6. Tanah kekurangan kalsium
BAgaimana Gejala Serangan ?
Gejala dan tingkat serangan penyakit antraknosa bervariasi, tergantung pada lokasi penanaman, musim, ketahanan varietas cabai yang ditanam serta penanganan dan teknik budidaya yang diterapkan (GMP), seperti :
- 1. Colletrotichum capsici menyerang buah cabai muda sampai tua/matang,
- 2. Gejala awal ditandai terdapat bercak coklat kehitaman pada buah yang kemudian meluas menjadi busuk lunak,
- 3. Dibagian tengah terdapat titik-titik hitam.
- 4. Serangan berat menyebabkan buah cabai mengerut dan mengering,
- 5. Gejala serangan cendawan Gloeosporium sp umumnya menyerang buah cabai muda dan menyebabkan ujung buah mengering, juga menyerang buah cabai tua/hampir matang,
- 6. Gejala serangan jamur Gloeosporium sp. ditandai dengan terbentuknya bintik-bintik kecil kehitaman berlekuk serta tepi bintik berwarna kuning. Bagian lekuk akan terus membesar dan memanjang serta bagian tengah berwarna gelap
Penyebaran dan Penularan Penyakit Antraknosa
Jamur Colletrotichum capsici dan Gloeosporium sp. terdapat didalam tanah berasal dari tanaman sebelumnya dapat menginfeksi tanaman berikutnya. Jenis jamur patogennya dapat terbawa biji atau benih dan menyerang tanaman di persemaian. Jamur C. capsici dan Gloeosporium sp. dapat bertahan didalam tanah, sisa-sisa tanaman atau buah yang terinfeksi dan dapat menjadi sumber penularan antraknosa. Jamur C. capsici yang terbawa oleh benih cabai pada saat benih berkecambah dapat menyerang benih. Jamur tidak hanya terdapat pada buah, tetapi juga terdapat pada batang, daun, ranting atau tanaman muda yang tidak bergejala (tampak sehat). Penularan penyakit antraknosa juga disebabkan oleh hembusan angin, percikan air hujan termasuk penyemprotan pestisida, alat pertanian dan manusia.
BAgaimana pencegahan Penyakit ANTRAKNOSA
Pencegahan penyakit antraknosa hendaknya dilakukan sejak pemilihan benih. Sebab, spora jamur C. capsici dan Gleosporium sp. dapat terbawa dan bertahan cukup lama pada biji. Berikut ini tips pencegahan antraknosa pada cabai ;
- 1. Gunakan benih/biji yang sehat/steril,
- 2. Jika membuat benih sendiri, pilih buah cabai dari tanaman yang sehat/bebas penyakit antraknosa,
- 3. Sebelum disemai, benih direndam selama kurang lebih 2 jam menggunakan larutan fungisida mancozeb (menggunakan air hangat kuku),
- 4. Tanah/media semai dikukus selama 30 menit untuk membunuh cendawan patogen yang mungkin terbawa,
- 5. pH tanah untuk menyemai benih cabai antara 6,0 – 7,0. Jika pH rendah, taburkan kapur dolomit/kapur pertanianseperlunya sampai mendapatkan pH ideal,
- 6. Jika benih sudah tumbuh, semprot dengan dosis rendah fungisida mancozeb bergantian dengan fungisida propineb
Bagaimana Pengendalian Penyakit ANTRAKNOSA pada Buah Cabai
Jamur C. capsici dan Gloeosporium sp. menyerang buah cabai dengan gejala baru terlihat sekitar 12 hari setelah spora jamur menginfeksi. Cara pengendalian penyakit antraknosa pada buah cabai:
- 1. Pengapuran pada lahan budidaya cabai untuk memperoleh pH ideal, yaitu 6.0 – 7.0,
- 2. Menggunakan pupuk kandang yang sudah lama/kering atau yang telah difermentasi,
- 3. Menggunakan mulsa plastik pada musim hujan agar tanah tidak terlalu lembab,
- 4. Atur jarak tanam (tidak terlalu rapat) agar lingkungan pertanaman cabai tidak lembab,
- 5. Pilih lahan bukan bekas tanaman inang seperti tomat, terung atau bekas tanaman cabai,
- 6. Tanaman cabai yang terlalu rimbun, sebagian tunas dibuang,
- 7. Penyemprotan fungisida sejak terbentuknya buah pertama atau sejak umur 1 MST untuk mencegah antraknosa menyerang batang, daun dan ranting tanaman cabai,
- 8. Gunakan fungisida berbahan aktif mankozeb dan propineb secara bergantian, dengan frekuensi 1 minggu sekali atau disesuaikan dengan kondisi/cuaca,
- 9. Menggunakan PGPR (Plant Growth Promoting Rhyzobacteria)
- 10. Jika dimusim hujan, gunakan perekat agar lebih efektif dalam penggunaan fungisida,
- 11. Lakukan pemupukan secara berimbang, kelebihan unsur nitrogen dapat menyebabkan tanaman rentan terhadap infeksi penyakit,
- 12. Semprotkan Calsium untuk membantu mempertahankan diri dari serangan penyakit, karena Calsium berfungsi mempertebal/memperkuat dinding sel sehingga tidak mudah terinfeksi penyakit,
- 13. Buah cabai yang terserang dipetik dan dimusnahkan agar spora jamur tidak menular pada buah cabai lainnya.
- 14. Bersihkan tangan dan alat pertanian setelah kontak langsung dengan cabai terinfeksi agar spora jamur yang ikut terbawa tidak menginfeksi buah cabai lainnya.
Daftar Pustaka
Semangun, H. 2000. Penyakit-penyakit Tanamna Hortikultura di Indonesia. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta,
Duriat, A.S., N.Gunaeni., dan A.W.Wulandari. 2007. Penyakit Penting Pada Tanaman Cabai dan Pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung. 55 hlm.
Paul Taylor. 2010. Lifestyles of Colletotrichumand implications for anthracnose integrated disease management. Professor of Plant Pathology. University of Melbourne. paulwjt@unimelb.edu.au“