| 1913 |
Sekolah Usaha Tani (Lanbouwbedrijf School) digagas oleh Kanjeng Pangeran Soeria Atmadja dengan nama “Bodjongseungit” di lahan seluas 6 bau (sekitar 4,3 hektar), dibeli dari penduduk dan dikelola oleh Wadana Tanjungsari sebagai Kepala Sekolah, dibantu oleh seorang naib dan 2 orang petani terkemuka. |
| 1914 |
Pengelolaan dilanjutkan oleh Djawatan Pertanian Rakjat (Landbouw voorlichting sdients) yang diberi tugas untuk memimpin sekolah tersebut. |
| 1926 |
Pengelolaan diambil alih sepenuhnya oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan organisasi pengelola sebelumnya dibubarkan. |
| 1927 |
Pemerintah Provinsi Jawa Barat memberikan tambahan tanah seluas 11 Ha sehingga sekolah ini menjadi mandiri dari hasil tanahnya. |
| 1942 |
Masa Penjajahan Jepang, sekolah ini dijadikan Sekolah Pertanian Pertama (SPP) dan Sekolah Pertanian Menengah (SPM). |
| 1947 |
Sekolah ini ditinggalkan karena masalah keamanan. |
| 1948 |
Pendidikan Mantri Tani dimulai lagi. |
| 1951 |
Didirikan Sekolah Guru Pertanian (SGP) dan Sekolah Pendidikan Mantri Pertanian (SPMP). |
| 1954-1960 |
SPP Tanjungsari (Sekolah Pertanian Pembangunan Tanjungsari). |
| 1960-1978 |
SPMA Tanjungsari (Sekolah Pertanian Menengah Atas). |
| 1979-2010 |
SPP-SPMA Tanjungsari (Sekolah Pertanian Pembangunan – Sekolah Pertanian Menengah Atas). |
| 2010-2012 |
Perubahan kurikulum menjadi kurikulum polyvalent dan nama sekolah diubah menjadi SMK-SPP Tanjungsari (Sekolah Menengah Kejuruan – Sekolah Pertanian Pembangunan). Sekolah ini menjadi RSBI dan sekolah peduli lingkungan (Adiwiata) dengan akreditasi “A” dan menggunakan standar ISO. |
| 2012-sekarang |
SMK PPN Tanjungsari (Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Pembangunan Negeri Tanjungsari). |